Kamis, 24 Maret 2022

Pelita dalam Gulita

Pelita dalam Gulita

Pandemi COVID-19 di Indonesia memiliki dampak dalam dunia pendidikan. Sekolah yang pada mulanya menyelenggarakan pembelajaran tatap muka beralih ke pembelajaran daring. Hasil survei Kemendikbud pada April 2020 menunjukkan 97,6 persen sekolah telah melaksanakan kegiatan belajar dari rumah dan hanya menyisakan 2,4 persen sekolah yang masih tetap menjalankan kegiatan belajar-mengajar di instansi pendidikan. Hal itu menjadi tantangan tersendiri bagi para guru dalam mengajar di situasi demikian.

Di tengah keterbatasan, para guru tetap berjuang mengajar agar siswa memperoleh pendidikan yang seharusnya mereka dapatkan. Pada daerah yang kesulitan akses internet, mereka rela mengajar berpindah-pindah rumah dengan membawa perangkat mengajar dan alat tulis sendiri. Tidak jarang mereka harus menempuh perjalanan berat dan jauh untuk menjangkau rumah siswanya. Mereka mengeluarkan uang sendiri untuk membeli bensin dan alat pembelajaran. Kunjungan ke rumah bukan semata-mata untuk mengajar, tetapi juga menyapa, memberi semangat dan motivasi agar siswa tetap semangat dan tidak jenuh dengan pembelajaran daring.

Para guru pun harus beradaptasi dalam pembelajaran daring dengan memanfaatkan berbagai platform seperti whatsapp, google classroom, zoom, meet, dll untuk menunjang proses pembelajaran. Hal ini tentu tidak mudah bagi sebagian besar dari mereka. Para siswa memanfaatkan kelemahan ini sebagai kesempatan untuk mengejek dan membully. Ada yang jahil memcorat-coret layar, membuat suara gaduh, dan tidur ketika gurunya sedang menjelaskan materi. Akan tetapi, mereka tetap sabar dan berusaha sebaik mungkin melewati rintangan tersebut.

Seiring dengan menurunnya kasus COVID-19, sebagian daerah menerapkan kembali Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas. Para siswa yang sudah kadung nyaman dengan pembelajaran daring menjadi malas mengikuti PTM terbatas. Guru diharapkan dapat merangsang siswa agar kembali semangat dalam PTM dengan cara menyambut siswa dengan salam dan senyum hangat. Guru harus mampu menyambut siswa dengan penuh ceria dan kehangatan agar siswa memiliki semangat yang tinggi. Dalam proses belajar-mengajar, para guru dapat menggunakan metode pembelajaran yang menarik dengan bercerita atau permainan untuk mengaktifkan siswa. Selain itu, mengkondisikan tempat belajar yang nyaman juga dapat meningkatkan semangat siswa.

Oleh karena itu, sudah sepantasnya guru disebut sebagai pelita dalam gulita. Perjuangan guru di tengah pandemi telah menjadi inspirasi kita untuk tidak menyerah begitu saja dengan keadaan. Di keadaan seperti sekarang ini, guru menjadi pelita bagi kita yang sedang kebingungan di persimpangan jalan yang gelap. Terima kasih Bapak Ibu guru atas segala dedikasi dan semangat juangnya agar proses pembelajaran anak Indonesia tidak terhenti. Selamat Hari Guru 2021.

Pikiran Pembaca Koran Kedaulatan Rakyat

Annisa Fatati Rahmah

#hariguru #guru 

Pelita dalam Gulita

 Pelita dalam Gulita

Pandemi COVID-19 di Indonesia memiliki dampak dalam dunia pendidikan. Sekolah yang pada mulanya menyelenggarakan pembelajaran tatap muka beralih ke pembelajaran daring. Hasil survei Kemendikbud pada April 2020 menunjukkan 97,6 persen sekolah telah melaksanakan kegiatan belajar dari rumah dan hanya menyisakan 2,4 persen sekolah yang masih tetap menjalankan kegiatan belajar-mengajar di instansi pendidikan. Hal itu menjadi tantangan tersendiri bagi para guru dalam mengajar di situasi demikian.

Di tengah keterbatasan, para guru tetap berjuang mengajar agar siswa memperoleh pendidikan yang seharusnya mereka dapatkan. Pada daerah yang kesulitan akses internet, mereka rela mengajar berpindah-pindah rumah dengan membawa perangkat mengajar dan alat tulis sendiri. Tidak jarang mereka harus menempuh perjalanan berat dan jauh untuk menjangkau rumah siswanya. Mereka mengeluarkan uang sendiri untuk membeli bensin dan alat pembelajaran. Kunjungan ke rumah bukan semata-mata untuk mengajar, tetapi juga menyapa, memberi semangat dan motivasi agar siswa tetap semangat dan tidak jenuh dengan pembelajaran daring.

Para guru pun harus beradaptasi dalam pembelajaran daring dengan memanfaatkan berbagai platform seperti whatsapp, google classroom, zoom, meet, dll untuk menunjang proses pembelajaran. Hal ini tentu tidak mudah bagi sebagian besar dari mereka. Para siswa memanfaatkan kelemahan ini sebagai kesempatan untuk mengejek dan membully. Ada yang jahil memcorat-coret layar, membuat suara gaduh, dan tidur ketika gurunya sedang menjelaskan materi. Akan tetapi, mereka tetap sabar dan berusaha sebaik mungkin melewati rintangan tersebut.

Seiring dengan menurunnya kasus COVID-19, sebagian daerah menerapkan kembali Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas. Para siswa yang sudah kadung nyaman dengan pembelajaran daring menjadi malas mengikuti PTM terbatas. Guru diharapkan dapat merangsang siswa agar kembali semangat dalam PTM dengan cara menyambut siswa dengan salam dan senyum hangat. Guru harus mampu menyambut siswa dengan penuh ceria dan kehangatan agar siswa memiliki semangat yang tinggi. Dalam proses belajar-mengajar, para guru dapat menggunakan metode pembelajaran yang menarik dengan bercerita atau permainan untuk mengaktifkan siswa. Selain itu, mengkondisikan tempat belajar yang nyaman juga dapat meningkatkan semangat siswa.

Oleh karena itu, sudah sepantasnya guru disebut sebagai pelita dalam gulita. Perjuangan guru di tengah pandemi telah menjadi inspirasi kita untuk tidak menyerah begitu saja dengan keadaan. Di keadaan seperti sekarang ini, guru menjadi pelita bagi kita yang sedang kebingungan di persimpangan jalan yang gelap. Terima kasih Bapak Ibu guru atas segala dedikasi dan semangat juangnya agar proses pembelajaran anak Indonesia tidak terhenti. Selamat Hari Guru 2021.


Pikiran Pembaca Koran Kedaulatan Rakyat

Annisa Fatati Rahmah